Dari Panggung ke Panggung | Tebuireng Online
4 mins read

Dari Panggung ke Panggung | Tebuireng Online


Sebuah potret MC dalam acara formal (foto: panitia)

Aku suka tampil. Menatap audiens selalu memberikan sensasi tersendiri. Meski terkadang gugup dan jantung berdegup kencang, justru di situlah tantangannya, dan aku menyukai tantangan itu.

Sejak TK, orang tuaku sudah membiasakan aku untuk tampil di panggung. Mereka berharap aku bisa menjadi penceramah, seperti almarhum pamanku yang pernah berdakwah di televisi. Gagal sudah menjadi sahabatku; kalah dalam lomba ceramah pun hal biasa bagiku. Bahkan ketika mencoba mengikuti lomba menyanyi lagu daerah, hasilnya pun sama, kalah.

Memasuki SMA, aku masih konsisten di dunia dakwah. Tidak hanya itu, guru-guru mempercayakan aku menjadi MC dalam berbagai acara penting sekolah. Namun, perjalanan itu tidak mudah. Pernah suatu kali aku menangis karena dimarahi ibu guru.

Katanya, tempo membaca naskah MC-ku belum pas, padahal aku sudah berlatih berkali-kali di depan kaca. Kritik, cemoohan, bahkan amarah guru kerap aku terima. Kadang aku kesal, tapi aku sadar, jalan menuju kesuksesan tidak pernah lurus dan mulus. Justru tanjakan, belokan, dan liku-liku itulah yang membuat perjalanan bermakna.

****

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Selepas SMA, aku melanjutkan kuliah. Awalnya aku minder, merasa tidak bisa apa-apa. Namun aku mencoba mencari pengalaman dengan bergabung dalam organisasi di program studi. Dari situlah aku mulai berkembang. Aku sering dipercaya menjadi MC di acara penting, bahkan di event perlombaan nasional. Diam-diam aku menyimpan keinginan untuk bisa menjadi MC di acara wisuda kampus. Meskipun terdengar mustahil, keinginan itu tetap ada.

Seiring waktu, namaku semakin dikenal di kalangan mahasiswa maupun dosen.

“Eh, kamu yang sering jadi MC itu, kan? Siapa namanya?” tanya seorang dosen yang kusalami.

“Nama saya Afifah, Bu,” jawabku.

“Iya, Afifah. Kalau MC, kamu bagus sekali. Suaramu mantap,” ujarnya sambil tersenyum.

Pujian itu membuatku semakin semangat. Tidak lama kemudian, aku dipercaya menjadi moderator dalam sebuah acara fakultas. Itu adalah pengalaman pertamaku sebagai moderator di kampus. Banyak orang mengenalku hanya dari panggung, meski aku sendiri sulit mengingat nama mereka satu per satu.

Sampai akhirnya, sebuah pengalaman berkesan datang. Temanku mengajakku ikut seleksi MC untuk acara yudisium fakultas. Awalnya aku ragu, tetapi karena penasaran, aku mencoba. Dosen yang akan melatih kami memberitahu bahwa seleksi dilakukan siang hari itu. Aku berdebar, antara senang dan tidak percaya diri.

“Assalamualaikum,” sapaku ketika memasuki ruangan dosen.

“Waalaikumsalam. Duduk dulu, ya. Kita tunggu peserta lain. Kalau tidak ada yang datang, berarti kalian yang saya pilih untuk jadi MC di yudisium,” jawab sang dosen.

Benar saja, tidak ada peserta lain yang hadir selain aku dan temanku. Akhirnya, kami resmi terpilih menjadi MC acara yudisium. Memang bukan wisuda kampus, karena biasanya MC wisuda adalah dosen. Tetapi bagiku, ini sudah merupakan jawaban atas doa-doaku.

Kami berlatih sungguh-sungguh. Bahkan aku rela tidak makan gorengan, es, dan makanan lain yang bisa membuat tenggorokan serak, padahal aku sangat menyukainya. Semua demi penampilan terbaik. Aku percaya, usaha tidak akan mengkhianati hasil.

****

Saat tiba hari H, kami tampil dengan suara yang lantang, jernih, dan penuh percaya diri. Penampilan kami membanggakan dosen dan membuatku bersyukur. Aku sadar, setiap tantangan dan perjuangan itu akhirnya membawa hasil yang manis.

Meskipun aku MC di acara yudisium, tapi aku sangat bahagia karena apa yang menjadi keinginanku diwujudkan oleh Allah, ini adalah hal yang menjadi pengalaman dan pembelejaran berharaga bagiku. Aku dan temanku berlatih dengan sangat sungguh-sungguh. Dengan tidak memakan gorengan, es, dan lainnya yang memicu tengggorokan menjadi serak. Sangat susah sekali ternyata, karena aku sangat menyukai makanan tersebut.

Tapi tidak ada usaha yang mengkhianati hasil, aku percaya bahwa usaha yang aku dan temanku akan membuahkan hasil yang memuaskan. Dan benar saja, ketika tampil menjadi MC di acara yudisium, suara kami sangat bagus dan membanggakan bapak ibu dosen.



Penulis: Nabila Rahayu
Editor: Rara Zarary


News
Berita
News Flash
Blog
Technology
Sports
Sport
Football
Tips
Finance
Berita Terkini
Berita Terbaru
Berita Kekinian
News
Berita Terkini
Olahraga
Pasang Internet Myrepublic
Jasa Import China
Jasa Import Door to Door