Sebuah Renungan Islami, Hakikat dari Cadar dan Teladan Sayyidah Fatimah Az-Zahra
5 mins read

Sebuah Renungan Islami, Hakikat dari Cadar dan Teladan Sayyidah Fatimah Az-Zahra


Di tengah arus modernisasi dan globalisasi, simbol-simbol keislaman, salah satunya seperti cadar sering kali menjadi perdebatan dan sorotan. Banyak muslimah yang mengenakannya sebagai bentuk ketaatan dan identitas keimanan. Namun, ironisnya, tidak sedikit pula yang menyalahgunakan simbol tersebut, sehingga melenceng dari makna dan ajaran yang diajarkan oleh Rasulullah dan teladan mulia dari Sayyidah Fatimah Az-Zahra. Fenomena ini seharusnya menjadi renungan bersama, agar kita mampu memurnikan niat dan menjaga keaslian makna dari simbol keislaman ini.

Hakikat dari Cadar dan Teladan Sayyidah Fatimah Az-Zahra RA.

Cadar, dalam konteks syariat, merupakan salah satu bentuk penutup yang menutupi seluruh tubuh dan wajah sebagai manifestasi dari kesopanan, ketakwaan, dan penghormatan terhadap Allah SWT. Ia bukan sekadar kain yang dikenakan, melainkan merupakan salah satu simbol keimanan dan komitmen terhadap syariat Islam. Sayyidah Fatimah Az-Zahra, sebagai figur perempuan utama dalam sejarah Islam, dikenal dengan kepribadian yang penuh akhlak dan taat kepada ajaran Allah serta Rasul-Nya.

Dalam kisah masyhur, cara Fatimah az-Zahra (semoga Allah meridhainya) keluar dari rumahnya menuju Masjid Rasulullah ﷺ untuk menuntut haknya yang dirampas:

“…Beliau mengenakan khimar (kerudung) di atas kepalanya dan menyelimuti diri dengan jilbabnya, lalu berangkat bersama sekelompok keluarga dekatnya dan wanita dari kaumnya, dengan ujung pakaiannya menyapu tanah. Langkahnya tidak menyimpang dari langkah Rasulullah , hingga beliau masuk… Kemudian para wanita berkumpul di sekitarnya…

Ia memakai cadar bukan sebagai mode atau tren, melainkan sebagai manifestasi dari rasa takut dan rasa hormatnya terhadap Allah serta keinginan menjaga kehormatan diri dan keluarganya. Dalam kehidupan sehari-hari, Fatimah Az-Zahra menunjukkan bahwa penutup wajah dan tubuh harus dilandasi niat tulus dan penuh kedalaman spiritual. Beliau menegaskan bahwa penampilan harus mencerminkan akhlak mulia dan keimanan yang kokoh. Melalui teladan beliau, kita diajarkan bahwa cadar adalah bagian dari ibadah dan identitas spiritual, bukan sekadar penampilan luar yang mengikuti tren semata.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Penyalahgunaan Cadar: Melenceng dari Ajaran dan Makna Sejati

Dalam perkembangan zaman ini, muncul berbagai bentuk penyalahgunaan cadar yang jauh dari hakikat sebenarnya. Beberapa di antaranya adalah:

Pertama, cadar sebagai tren fashion dan status sosial. Banyak muslimah yang mengenakan cadar karena mengikuti tren, demi mendapatkan perhatian di media sosial, lawan jenis,  atau sekadar ingin tampil berbeda. Mereka lupa bahwa hakikat dari penggunaan cadar adalah sebagai simbol ketakwaan, bukan aksesori yang dipakai untuk pamer kekinian.

Kedua, cadar sebagai alat untuk menutupi identitas dan melakukan kejahatan. Ada juga yang memanfaatkan cadar untuk menutupi identitas mereka saat melakukan tindakan kriminalitas atau penipuan. Penyalahgunaan ini sangat bertentangan dengan hakikat dan makna spiritual dari cadar sebagai bentuk penyerahan diri kepada Allah dan penghormatan terhadap seorang muslimah itu sendiri.

Ketiga, penggunaan cadar secara berlebihan. Ada pula yang mengenakan cadar secara ekstrem, bahkan menimbulkan kesan menakutkan dan mengaburkan makna kesopanan. Padahal, Islam menuntut agar penutup tetap mencerminkan keindahan, kesopanan, dan rasa hormat. Fenomena ini tentu saja menimbulkan persepsi negatif dan merusak citra positif dari simbol keimanan tersebut. Mereka yang melenceng dari ajaran justru memperkeruh makna spiritual yang seharusnya ada di balik simbol ini.

Dampak dan Konsekuensi dari Penyalahgunaan

Penyalahgunaan cadar yang melenceng dari makna sejati membawa dampak yang tidak kecil. Secara sosial, hal ini bisa menimbulkan persepsi negatif terhadap muslimah berhijab, bahkan menimbulkan stereotip bahwa cadar hanyalah sekadar fashion atau alat untuk menipu. Secara spiritual, mereka yang memakai cadar tanpa niat tulus kehilangan makna doa dan ibadah yang seharusnya menyertainya. Bahkan, jika terus berlanjut, hal ini bisa mengikis kepercayaan masyarakat terhadap simbol keislaman dan menyebabkan hilangnya keaslian identitas keimanan.

Bahkan lebih jauh lagi, penyalahgunaan ini berpotensi menimbulkan konflik sosial dan ketidakharmonisan di tengah masyarakat yang beragam budaya dan kepercayaan. Hal ini menuntut kita untuk lebih waspada dan introspeksi diri, agar simbol keimanan tetap terjaga kemuliaannya dan tidak disalahgunakan untuk kepentingan pribadi yang semu.

Renungan dan Langkah Perbaikan

Sebagai seorang muslimah, kita harus kembali merenungkan hakikat dari cadar dan meneladani kepribadian Sayyidah Fatimah Az-Zahra. Beliau adalah contoh perempuan yang menjalankan syariat dengan niat tulus, penuh keimanan dan keikhlasan. Maka, mengenakan cadar seyogianya didasari oleh keimanan, bukan sekadar mengikuti tren, apalagi untuk menutupi kekurangan atau melakukan tindakan yang melanggar syariat.

Selain itu, edukasi dan pemahaman yang benar tentang makna cadar harus terus disosialisasikan. Kita perlu mengingatkan bahwa simbol ini adalah bentuk ibadah dan identitas spiritual, bukan sekadar penampilan luar yang mengikuti mode. Pendidikan agama yang berkelanjutan dari para ulama dan tokoh masyarakat sangat penting agar simbol ini tetap menjadi bagian dari keimanan yang murni.

Penyalahgunaan cadar yang melenceng dari ajaran dan makna asli adalah sebuah kenyataan yang perlu kita renungkan bersama. Ia mengingatkan kita bahwa simbol-simbol keislaman harus dipahami dan diamalkan sesuai ajaran Nabi dan teladan para kekasih Allah, terutama Sayyidah Fatimah Az-Zahra. Dengan niat yang tulus, pengetahuan yang benar, dan niat memperbaiki diri, kita dapat menjaga kemuliaan simbol ini dan tetap menegakkan identitas keimanan yang hakiki. Semoga Allah senantiasa membimbing kita dalam menjalankan ajaran Islam yang bersih dari penyalahgunaan dan kesesatan. Aamiin

Penulis: Salsabila Salma Safa

Editor: Muh Sutan





Game Center

Game News

Review Film
Rumus Matematika
Anime Batch
Berita Terkini
Berita Terkini
Berita Terkini
Berita Terkini
review anime

Gaming Center