Asal-Usul Penciptaan dan Tujuan Hidup Manusia Perspektif Sains dan Agama
5 mins read

Asal-Usul Penciptaan dan Tujuan Hidup Manusia Perspektif Sains dan Agama


ilustrasi

Pertanyaan tentang dari mana manusia berasal dan untuk apa ia hidup telah menjadi refleksi mendalam dalam setiap peradaban. Manusia, sebagai makhluk berpikir, tidak hanya beraktivitas secara fisik, tetapi juga mencari makna dalam eksistensinya. Dalam menjawab pertanyaan ini, agama dan sains hadir dengan pendekatan masing-masing. Sains menjelaskan asal-usul dari sisi biologis, sedangkan agama menjelaskan melalui wahyu dan nilai-nilai spiritual. Apakah keduanya dapat saling melengkapi? Mari kita bahas lebih lanjut.

Penciptaan Manusia Menurut Sains

Dalam perspektif sains, manusia berasal dari proses biologis yang diawali dengan penyatuan sel sperma dan sel telur dalam suatu proses yang dikenal sebagai pembuahan atau fertilisasi. Ketika proses ini berhasil, terbentuklah zigot, yaitu sel awal yang menjadi dasar perkembangan manusia. Zigot ini kemudian mengalami serangkaian pembelahan sel dan berkembang menjadi embrio, yang selanjutnya tumbuh menjadi janin di dalam kandungan. Seluruh proses ini berjalan dengan dipengaruhi oleh kerja hormon, kondisi fisiologis tubuh, serta lingkungan internal yang mendukung perkembangan awal kehidupan (Handayani, Wahyuningsih, 2020).

Teori evolusi juga memberikan penjelasan mengenai asal usul manusia modern (Homo sapiens) yang diyakini merupakan hasil dari proses perkembangan bertahap selama jutaan tahun dari nenek moyang primata. Melalui mekanisme seleksi alam dan penyesuaian terhadap lingkungan, manusia mengalami transformasi baik secara jasmani maupun kemampuan berpikir. Seiring waktu, manusia tidak hanya mengalami perubahan biologis, tetapi juga mengalami kemajuan dalam aspek kecerdasan, bahasa, serta kesadaran diri. Kendati demikian, teori ini lebih menyoroti proses ilmiah mengenai bagaimana manusia terbentuk, dan belum menyentuh aspek mengapa manusia itu diciptakan atau apa tujuan keberadaannya (Rosyidah, 2022).

Penciptaan Manusia Menurut Agama

Dalam perspektif Islam, proses penciptaan manusia dijelaskan secara rinci dalam al-Quran. Allah SWT menyatakan bahwa manusia pertama, Nabi Adam a.s., diciptakan dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Setelah itu, Allah meniupkan ruh ke dalam dirinya, menjadikannya makhluk hidup yang memiliki unsur fisik sekaligus spiritual. Penjelasan ini terdapat dalam QS. Al-Hijr ayat 28–29:

وَاِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلٰۤٮِٕكَةِ اِنِّىۡ خَالـِقٌۢ بَشَرًا مِّنۡ صَلۡصَالٍ مِّنۡ حَمَاٍ مَّسۡنُوۡنٍ‏ ٢٨ فَاِذَا سَوَّيۡتُهٗ وَنَفَخۡتُ فِيۡهِ مِنۡ رُّوۡحِىۡ فَقَعُوۡا لَهٗ سٰجِدِيۡنَ‏ ٢٩

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakannya dan meniupkan ruh-Ku ke dalamnya, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (Q.S. Al-Hjr ayat 28-29).

Penciptaan manusia dalam Islam tidak hanya sekadar proses fisik, tetapi juga melibatkan aspek ruhani yang menjadi pembeda utama antara manusia dan makhluk lain. Peniupan ruh dari Allah menunjukkan bahwa manusia memiliki kedudukan yang tinggi, bukan hanya sebagai makhluk biologis, tetapi juga sebagai makhluk spiritual. Dalam al-Quran, manusia juga diangkat sebagai khalifah di muka bumi, yang berarti ia diberi amanah dan tanggung jawab untuk memakmurkan serta menjaga ciptaan Allah sesuai nilai-nilai ilahi. Tugas ini mencakup aspek ibadah kepada Allah serta tanggung jawab moral terhadap sesama dan lingkungan (Qodir, 2018).

Tujuan Hidup Menurut Agama Islam

Dalam ajaran Islam, ditegaskan bahwa keberadaan manusia di dunia bukanlah tanpa maksud. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan tujuan yang jelas dan luhur. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran surat Adz-Dzariyat ayat 56, yang berbunyi:

وَمَا خَلَقۡتُ الۡجِنَّ وَالۡاِنۡسَ اِلَّا لِيَعۡبُدُوۡنِ‏ ٥٦

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Q.S. Adz-Dzariyat: 56)

Ayat ini menekankan bahwa tujuan utama penciptaan manusia adalah untuk menyembah Allah SWT. Namun, makna ibadah dalam Islam tidak terbatas pada bentuk ritual semata, seperti shalat dan puasa. Ibadah mencakup seluruh aspek kehidupan yang dijalani dengan niat karena Allah, baik dalam bentuk amal sosial, pekerjaan, menuntut ilmu, hingga menjaga hubungan sesama manusia. Dengan demikian, kehidupan manusia seharusnya diarahkan untuk menjalankan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, serta mengupayakan ridha-Nya sebagai tujuan akhir. Kehidupan dunia menjadi ladang pengabdian dan ujian, sementara akhirat menjadi tempat pembalasan dan pertemuan kembali dengan Sang Pencipta (Ramdhani, 2021).

Tujuan Hidup Menurut Sains dan Psikologi

Dalam ranah psikologi modern, terutama aliran psikologi eksistensial, ditegaskan bahwa pencarian makna hidup merupakan aspek krusial dalam kehidupan manusia. Salah satu tokoh penting dalam bidang ini, Viktor Frankl, mengungkapkan bahwa ketika seseorang kehilangan makna atau arah dalam hidupnya, ia rentan mengalami gangguan psikologis maupun spiritual. Sebaliknya, ketika individu berhasil menemukan tujuan hidup yang bermakna, kehidupannya akan terasa lebih berharga dan penuh gairah. Meskipun ilmu pengetahuan, khususnya sains, tidak secara terus terang menjelaskan tujuan hidup dalam konteks spiritual, namun ia tetap mengakui bahwa manusia membutuhkan arah dan makna dalam hidupnya sebagai bagian dari kesehatan mental dan kesejahteraan psikologis (Mustaqim, Nurul, 2020).

Sinergi Sains dan Agama dalam Memahami Eksitensi

Harmoni antara sains dan agama sangat penting dalam menjawab pertanyaan mendasar tentang asal-usul serta makna hidup. Akal memberikan landasan berpikir logis dan ilmu pengetahuan, sedangkan hati menanamkan nilai-nilai, keyakinan, dan tanggung jawab moral (Azhari, 2023). Dengan menyatukan keduanya, manusia dapat menemukan arah hidup yang seimbang antara nalar dan spiritualitas.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman mengenai asal-usul penciptaan dan tujuan hidup manusia perlu didekati secara menyeluruh. Ilmu pengetahuan (sains) memberikan penjelasan mengenai proses terbentuknya manusia secara fisik dan biologis, sementara agama memberikan makna dan tujuan eksistensial dari penciptaan manusia. Kolaborasi antara keduanya sangat penting untuk membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas moral dan kedalaman spiritual.

Baca Juga: Renungan untuk Mereka yang Sedang Bingung Hidup


Penulis: Muhammad Fadlan

Editor: Muh Sutan





Game Center

Game News

Review Film
Rumus Matematika
Anime Batch
Berita Terkini
Berita Terkini
Berita Terkini
Berita Terkini
review anime

Gaming Center