Bolehkah Mengganti “Kata Ganti” dalam Al-Quran dengan Tujuan Berdoa
4 mins read

Bolehkah Mengganti “Kata Ganti” dalam Al-Quran dengan Tujuan Berdoa


ilustrasi berdoa

Assalamualaikum, saya Aliyudin dari Karawang mau bertanya. Apa boleh doa-doa yang bersumber dari Al-Quran diganti dloma’ir-nya dari mufrod mejadi jamak atau sebaliknya, mohon jawabannya. Terima kasih, jazakallah ahsanal jaza’.

Wassalamualaikum.

Jawaban:

Wa’alaikumsalam. Hal yang lumrah terjadi di masyarakat kalau ada doa yang kata gantinya tertuju kepada personal (aku/saya) maka diganti untuk orang banyak (kita). Terkait pertanyaan yang diajukan oleh saudara Aliyudin ada sebuah hadis yang bercerita kalau Rasulullah sallallahu alaihi wasallam melarang orang yang mengkhususkan doa hanya untuk dirinya sendiri padahal ia bersama suatu kaum.

حدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ حَدَّثَنِي حَبِيبُ بْنُ صَالِحٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ شُرَيْحٍ عَنْ أَبِي حَيٍّ الْمُؤَذِّنِ الْحِمْصِيِّ عَنْ ثَوْبَانَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَحِلُّ لِامْرِئٍ أَنْ يَنْظُرَ فِي جَوْفِ بَيْتِ امْرِئٍ حَتَّى يَسْتَأْذِنَ فَإِنْ نَظَرَ فَقَدْ دَخَلَ وَلَا يَؤُمَّ قَوْمًا فَيَخُصَّ نَفْسَهُ بِدَعْوَةٍ دُونَهُمْ فَإِنْ فَعَلَ فَقَدْ خَانَهُمْ

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Telah menceritakan kepada kami Ali bin Hujr berkata, telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Ayyasy berkata, telah menceritakan kepadaku Habib bin Shalih dari Yazid bin Syurahbil dari Abu Hayy Al Mu’adzin Al Himsh dari Tsauban dari Rasulullah ï·º bersabda, “Tidak halal bagi seseorang melihat ke dalam rumah orang lain hingga ia mendapatkan izin, jika tetap melihat (tanpa izin) maka ia telah masuk. Dan janganlah seseorang mengimami suatu kaum lalu ia mengkhususkan doa untuk dirinya tanpa menyertakan mereka, jika ia lakukan maka ia telah berkhianat.[1]

Imam Tirmidzi memasukkan hadis ini pada bab  بَابُ مَا جَاءَ فِي كَرَاهِيَةِ أَنْ يَخُصَّ الإِمَامُ نَفْسَهُ بِالدُّعَاءِ “Makruhnya Imam Berdoa untuk Dirinya Sendiri”. Sanad hadis ini berstatus hasan sahih menurut Imam Tirmidzi, namun dinilai dhaif oleh al-Albani.

Masyarakat memang sering dijumpai melakukan hal demikian, semisal dalam surat QS. As-Saffat ayat 100, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ

“(Ibrahim berdoa,) “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (keturunan) yang termasuk orang-orang saleh.””

Sedangkan ketika berdoa banyak para muballigh yang mengganti kata ganti “aku” menjadi “kita/kami” ketika berdoa lalu lafadznya menjadi

ربَّنَا هَبْ لَناَ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ

Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami (keturunan) yang termasuk orang-orang saleh.

Dalam istilah ilmu balaghah, ada yang namanya al-Iqtibas. Istilah ini mempunyai maksud dari pencuplikan ayat al-Qur’an atau hadis kemudian dimasukkan dalam prosa atau syair. Ahmad bin Ibrahim al-Hasyimi dalam kitabnya Jawahir al-Balaghah menjelaskan:

الاقتباس هو أن يضمّن المتكلم منثوره، أو منظومه، شيئاً من القرآن، أو الحديث، على وجه لا يشعر بأنه منهما

Iqtibas adalah menggabungkan ucapan seseorang, baik dalam bentuk prosa atau puisi, dengan sesuatu dari Al-Qur’an atau hadis, dengan cara meniadakan indikasi kalau sesuatu berasal dari keduanya (Al-Qur’an atau hadis).[2]

Dalam definisi yang semakna Muhammad Mu’bad menjelaskan dalam kitabnya Nafahat min ‘Ulum al-Qur’an:

الاقتباس: هو تضمين الشعر أو النثر شيء من القرآن، لا على أنه منه بحيث لا يقال: قال الله تعالى ونحو ذلك، فإذا قيل لا يكون اقتباسا.

Iqtibas adalah memasukkan sesuatu dari Al-Qur’an ke dalam puisi atau prosa, tanpa menyatakan bahwa itu berasal dari Al-Qur’an, sehingga tidak dikatakan “Allah berfirman” dan sejenisnya. Jika disebutkan, maka itu bukanlah Iqtibas.[3]

Semisal contoh dari iqtibas ini ialah pengutipan ayat al-Quran yang digunakan untuk berdoa. Nabi Muhammad juga pernah menggunakan ayat al-Qur’an yang digunakan untuk mendoakan Utsman bin Affan. Doa itu beliau kutip dari surat al-Ikhlas

عن عثمان بن عفان رضي الله عنه، قال: مرضت، فكان رسول الله صلى الله عليه وسلم يعوذني، فعوذتي يوماً، فقال: “بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، أُعِيذُكَ بالله الأَحَدِ الصَّمَدِ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلمْ يُولَدْ، ولَمْ يَكُنْ لَهُ كفوًا أحدًا، مِنْ شَرّ ما تَجِدُ”، فلما استقلَّ رسول الله صلى الله عليه وسلم قائماً قال: “يا عُثْمَانُ! تَعَوَّذْ بِها، فَمَا تَعَوَّذْتُمْ بِمِثْلِها”.

Dari Utsman bin Affan radhiyahhahu ‘anhu, ia berkata: ‘Aku sakit, lalu Rasulullah sallallahu alaihi wasallam mengunjungiku dan mendoakanku. Suatu hari, beliau mendoakanku dan berkata: “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, aku berlindung kepada Allah Yang Maha Esa, Yang Tidak Melahirkan dan Tidak Dilahirkan, dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya, dari keburukan yang kamu rasakan.” Ketika Rasulullah sallallahu alaihiwasallam berdiri, beliau berkata: “Wahai Utsman! Berlindunglah dengan doa ini, karena tidak ada doa yang lebih baik dari ini.[4]

Dilihat dari hadis di atas, Rasulullah mengutip surat al-Ikhlas dengan ditambahi beberapa kalimat dari beliau.

Kesimpulan dari jawaban dari keterangan yang telah disebutkan ialah merubah kata ganti/dzomir dalam al-Qur’an boleh-boleh saja dengan syarat tidak ada niatan membaca al-Qur’annya. Perubahan dalam kata dari al-Qur’an diniatkan dengan membaca doa atau sesuai keperluan semisal syiir atau puisi. Para muballigh sejatinya memerhatikan situasi dalam pembacaan doa agar para hadirin tercakup pada doa yang ia panhjatkan.


[1] HR Imam Tirmidzi No 325.

[2] Ahmad bin Ibrahim al-Hasyimi, Jawahir al-Balaghah, (Beirut: al-Maktabah al-‘Asriyyah), 338.

[3] Muhammad Mu’bad, Nafahat Min Ulum Al-Qur’an, 66.

[4] An-Nawawi, al-Adzkar li Nawawi, (Dar Ibnu Hazm), 2004, 253.


Penulis: Nurdiansyah Fikri A, Santri Tebuireng

Editor: Muh Sutan





Game Center

Game News

Review Film
Rumus Matematika
Anime Batch
Berita Terkini
Berita Terkini
Berita Terkini
Berita Terkini
review anime

Gaming Center