Pertumpahan Darah: Sejarah Gelap Revolusi Penerjemah Oxford
4 mins read

Pertumpahan Darah: Sejarah Gelap Revolusi Penerjemah Oxford


Buku Babel karya R.F. Kuang (sumber: fimela)

“Ia mengubur masa lalunya, bukan karena terlalu menyedihkan, tetapi karena mencampakkannya adalah satu-satunya cara untuk bertahan.”

R.F Kuang lahir di Guangzhou, China, lalu berimigrasi ke Amerika Serikat saat usianya empat tahun. Kehadiran karya-karya Kuang merupakan angin segar bagi pecinta sastra. Tidak hanya indah dalam setiap paragrafnya, namun juga terasa amat kuat. Sejumlah karyanya terinspirasi dari latar belakangnya sendiri sebagai orang China, juga diperkaya oleh luas pengetahuannya mengenai Studi Tiongkok yang ia tuangkan dalam bukunya. Tak luput dari sentuhan oriental, Kuang kali ini menulis Babel dengan karakter utama yang berdarah Tiongkok, bernama Robin Swift.  

Mengambil latar akhir tahun 1820an, Robin yang kala itu terjangkit wabah kolera di Kanton, berhasil diselamatkan oleh pria asing dengan batang perak ramping yang kemudian mengubah takdirnya. Dia juga menjadi satu-satunya dalam keluarganya yang selamat dari wabah yang melanda Tiongkok dari jalur perdagangan saat itu.

Robin tak punya harapan untuk tetap tinggal di kanton, apalagi saat dirinya tak lagi mempunyai keluarga. Oleh sebab itu, pria asing yang datang tanpa terduga menyelamatkan dirinya itu, kemudian membawa Robin ke negeri yang jauh dengan syarat yang harus ia patuhi. Setelah anak itu sepakat meninggalkan tempat dia dilahirkan dan dibesarkan oleh ibunya yang telah tiada oleh kolera, Robin menyetujui tawaran pria asing itu untuk ikut ke Inggris dan memulai hidup kembali di sana dengan pria itu sebagai walinya. Tak hanya akan tetap dapat menikmati buku-buku berbasa Inggris yang  selama ini dikirimkan kepadanya secara cuma-Cuma, dia juga mendapatkan hidup yang layak dari walinya.

Baca Juga: Membaca Genealogi Keislaman Indonesia Melalui Otoritas Keagamaan

Perjalanannya ke Inggris sungguh mengubah kehidupan Robin. Dia mendapatkan kehidupan yang bahkan tak pernah ia impikan seumur hidup, serta mendapatkan kesempatan untuk bisa masuk ke Babel. Babel di sini merupakan Institut  Penerjemahan Kerajaan yang amat bergengsi dari Universitas Oxford. Sebuah menara yang darinyalah mengalir kekuasaan, tempat para ilmuan meracik mantra yang memberikan efek magis dan berperan penting atas berjalannya sebuah imperium. Dengan alasan itu pulalah, walinya membawa Robin ke Inggris, memberikan pendidikan yang sangat disiplin serta profesor yang amat kompeten di bidangnya. Dia hanya perlu mengikuti perintah walinya untuk belajar dan mendapatkan nilai yang memuaskan.  

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Saat memasuki Oxford, di sanalah dia bertemu dengan Rami, Victoire serta orang kulit putih pertama yang kemudian menjadi karibnya bernama Letty. Di angkatannya, hanya ada mereka berempat yang berhasil masuk menjadi bagian dari Babel. Dari situlah mereka saling mengandalkan juga saling mencintai. Namun, pertemanan mereka tak seterusnya terjalin manis. Mereka berempat datang dari latar belakang yang berbeda bahasa, ras dan status sosial. Hal ini membuat konflik pertemanan yang cukup pelik. Terlebih lagi saat Robin mengetahui siapa dirinya yang sesungguhnya, dan alasan dibalik pria asing yang menjadi walinya itu membawanya dari Kanton ke Inggris. Dia baru mengetahui semuanya saat dia bertemu dengan saudara laki-laki yang ia kira tak pernah ada.

Hal itu membuat Robin yang mulanya dapat diandalkan dan dapat membuat walinya senang, berbalik melawan kemewahan yang telah ia dapatkan. Robin menghadapi pergolakan batin yang begitu dahsyat saat ia melakukan kesalahan terbesar dalam hidupnya.

Baca Juga: Dakwah yang Menyenangkan

Buku ini tidak hanya membahas penemuan jati diri, pertemanan dan keluarga serta intrik politik, tapi juga terasa seperti mengupas bahasa yang satu dan kaitannya dengan bahasa yang lain. Mungkin itulah yang mendasari buku ini diberi judul Babel. Sebuah menara yang merupakan simbol kesombongan manusia, yang kemudian hancur atas ego dan ketamakan manusia itu sendiri.

Ketebalan buku ini tidak akan berarti apa-apa setelah pembaca tersihir oleh keindahan paragraf dan emosi yang disajikan dalam cerita. Mungkin, di 400 halaman awal akan terasa seperti sedang membaca buku linguistik dengan cara yang menyenangkan. Tidak terkesan menggurui, namun akan terasa bagi pembaca turut dalam hari-hari Robin dan kawan-kawannya menjadi murid Oxford.


Identitas Buku

Judu:Babel
Penulis: R.F. Kuang
Penerbit: Shira Media
Tahun Terbit: 2025
Jumlah Halaman: 640
Peresensi: Karra Abhel



 





Game Center

Game News

Review Film
Rumus Matematika
Anime Batch
Berita Terkini
Berita Terkini
Berita Terkini
Berita Terkini
review anime

Gaming Center